Erik Darmawan


 

Posted on
Saturday, March 7th, 2015
at 12:38 pm

Author
ededuta@gmail.com

Category
Hobiis

Hobi, oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai : kegemaran, kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan sebagai pekerjaan utama. Setiap orang sebaiknya memiliki hobi, agar kehidupannya seimbang dan tidak terjebak pada sebuah rutinitas, demikian papar Erik Darmawan. Hobi yang oleh Erik diterjemahkan sebagai media bagi ‘self achievent’ pribadi, apabila ditekuni, tak jarang akan menjadi hobi yang menghasilkan, bahkan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Demikian pula dengan salah satu hobi ED sendiri, yaitu anggrek. Berangkat dari kecintaan nya ada anggrek dan keinginan untuk berkontribusi pada anggrek Indonesia, penghobi anggrek inipun akhirnya mulai membangun green house di kebunnya pada tahun 2010.    

Mengunjungi kebun ED yang terletak di daerah Sawangan, terasa seperti mengunjungi sebuah nursery anggrek. Bagaimana tidak, dengan lebih dari 100 jenis tanaman anggrek, yang terdiri dari berbagai genus dipelihara disini. Sebut saja berbagai species  dari Genus Cattleya, Vanda, Dendrobium, Paraphalaenopsis, Gramatophyllum, Catasetum, Cycnoches, Lycaste, Tricopelia, Mormodes, Clowesia, Rodrigueza, Coelogyne, Anselia, Laelia, Phalaenopsis, Angraecum, Rhyncostylis, Cyrtopodium, Bulbophyllum dan Schomburgkia ada disini. Selain species, kebun ED juga mengoleksi hybrid yang mempunyai nilai lebih.

Kebun dengan total luas lahan 1700m ini, tidak digunakan seluruhnya untuk tempat memelihara anggrek. Hanya sekitar 30% dari lahan yang digunakan sebagai tempat untuk memelihara anggrek, yang terbagi menjadi 2 (dua) section. Masing-masing section terdiri dari 1 (satu) buah Green House yang di rancang sendiri oleh ED, berdasarkan pengalamannya mengunjungi beberapa nursery ternama di Singapura, Thailand dan Taiwan.

GH section pertama yang mewakili kondisi lingkungan yang cenderung lebih terang dan kelembaban lebih rendah ini ditujukan untuk memelihara anggrek dari genus Catasetine, Dendrobium section spatulata dan Formosae, Grammatophylum, Paraphalaenopsis, Angraecum dan Cattleya alliance.

Sedangkan GH section kedua ditujukan untuk memelihara anggrek yang membutuhkan lebih sedikit sinar dan kelembaban yang lebih tinggi, seperti Phalaenopsis, Stanhopea, Gonggora, Coryanthes, Coelogyne, Bulbophyllum, Rhyncostylis, Tricopelia dan anggrek-anggrek yang sedang dalam perawatan khusus.

Kedua GH tersebut mempunyai desain standard yaitu dilindungi oleh waring ikan di atas dan sekeliling dan ditambah atap polikarbonat untuk memudahkan perawatan di kala cuaca berubah tidak menentu. 3 (tiga) buah fan dengan timer otomatis di tempatkan di masing-masing GH untuk membantu sirkulasi udara yang baik. Yang membedakan kedua GH tersebut adalah shading net GH section kedua lebih gelap untuk menciptakan keadaan lingkungan yg lebih teduh dan lembab.

Yang menarik untuk di perhatikan adalah penataan anggrek yang tertata rapi dan enak dipandang. ED berpendapat, dengan kondisi kebun yang rapi dan tertata baik, perawatan dan pengawasan akan jauh lebih mudah. Dengan demikian biaya operasional akan lebih murah dan kerugian akibat tanaman sakit ataupun hilang dapat minimalisir.

Saat ini, ED menggunakan rak meja seperti yang sering kita jumpai di nursery dan rak gantung yang dirancang dan dibuat sendiri untuk menata anggreknya. Ke depannya, jumlah rak meja akan dikurangi karena menurut ED, penanaman terbaik untuk anggrek adalah model di gantung karena sirkulasi udara lebih baik.

Untuk pengairan kebunnya, ED menggunakan metode konvensional dan semi otomatis. Metode konvensional yaitu pekerja kebun menyemprotkan air dari sprayer secara berkeliling kebun. Metode ini digunakan untuk membasahi dan memupuk anggrek. Sedangkan metode semi otomatis digunakan untuk membasahi dan menyiram areal sekeliling GH. Dengan metodi ini, pekerja cukup menyalakan mesin pompa dan springkler di sekeliling GH akan menyembur. ED berpendapat melembabkan lingkungan sekitar sama pentingnya dengan menyiram anggrek itu sendiri.

Untuk sumber air nya sendiri, ED menyiapkan bak untuk menampung air dari 2 (dua) sumber. Sumber pertama berasal dari sumur artesis yang airnya ditampung di bak penampungan air, kemudian disalurkan melalui pipa-pipa yang nantinya akan disambungkan ke sprayer masing-masing rak anggrek. Sumber yang kedua, berasal dari air hujan yang ditampung, yang digunakan untuk mengairi selokan yang berada di samping masing-masing rak anggrek, yang tujuannya adalah untuk membantu menjaga kelembaban kebun.

Mengingat koleksi yang terdiri dari berbagai macam genus tersebut, ED menggunakan alat bantu luxmeter, anemometer dan hygrometer untuk menyesuaikan  intensitas matahari, aerasi dan kelembaban sesuai kebutuhan tiap jenis anggrek. Selain itu yang tak kalah penting adalah selalu menggunakan media yang sesuai untuk masing-masing koleksi anggreknya. Misalnya untuk Cattleya, Laelia, Catasetum, Cycnoches dan sejenisnya, ED menggunakan cacahan kulit pinus. Untuk dendrobium spatulata ED lebih banyak menggunakan batang pohon atau batang pakis. Semuanya berujung pada bagaimana menyediakan media dan lingkungan tumbuh yang sesuai untuk semua jenis koleksi anggreknya. Dengan lingkungan tumbuh yang sesuai, niscaya anggrek akan tumbuh dan berkembang dengan maksimal.

Dengan dibantu oleh 2 (dua) orang pekerja kebun, ED terus berusaha mendalami dunia anggrek. Kegiatan yang dilakukannya tidak hanya terbatas pada mengumpulkan anggrek, tetapi mulai untuk pemuliaan dan menyilangkan tanaman anggrek yang dimilikinya. ED berpendapat, kolektor anggrek dapat juga secara aktif berkontribusi terhadap anggrek Indonesia, dengan mulai melakukan pemuliaan dan penyilangan bibit unggul. Bahkan menurutnya, di luar negeri, diskusi pemuliaan anggrek sudah menyebar sampai tingkat hobiis, bukan hanya melulu pebisnis anggrek.

Dengan modal Laminar bekas yang dimodifikasi dan berkunjung ke beberapa lab di Jakarta, ED sudah berhasil menghasilkan beberapa silangan yang sudah masuk pada tahap pembotolan, salah satunya adalah Dendrobium Rongkamol x Dendrobium tobaense  dan Dendrobium dearei x Dendrobium tobaense. Setelah kultur biji dikuasainya, ED juga berkeinginan untuk mulai mempelajari kultur jaringan. Dengan berbekal kesungguhannya dan dukungan dari teman2 komunitas, kami yakin, keinginan ED untuk menjadi trend setter anggrek akan segera terwujud.